Kamis, 26 Maret 2015

Sunblock Parasol SPF 15

Hai!

Apa yang kalian pikirkan saat mendengar kata "Parasol"?


ini?

atau ini?

Bukan payung yang saya maksud, tapi sunblock. Fungsi payung dan sunblock sama sih, yaitu melindungi kulit dari sinar matahari.


Sudah lama saya pake sunblock Parasol yang ungu. Entah sudah berapa tube yang saya repurchase, pokoknya cinta mati dengan sunblock ini. Pernah coba-coba Acnes UV Tint, Wardah sunscreen gel, Inez sunblock cream, dan Parasol SPF 33 (oranye) tapi akhirnya tetep balik ke Parasol ungu ini.




  • Harga : Rp 35.800 (netto 20 gram). Ibu saya bilang "Mahal banget, isinya dikit gitu". Eh, tapi saya kalo pake juga cuma dikit, segede butiran jagung udah cukup buat seluruh wajah & leher, pake sunblock itu memang nggak boleh berlebihan. Nggak reapply lagi jika saya nggak terlalu banyak terpapar sinar matahari. Di musim hujan ini 3 bulan baru habis, hehe.. 
  • Tekstur : creamy. Terasa sedikit lengket awalnya, tapi lengketnya hilang saat krim sudah meresap sempurna & kulit terasa lembab sesudahnya. Meresapnya cepat kok, jika diblend sambil dipijat & ditepuk-tepuk sedikit. Di kemasannya tertulis "dapat dipakai sebagai alas makeup yang baik". Betul itu, bedak jadi gampang nempel & nggak susah untuk meratakannya.
  • Warna : krimnya berwarna krem, tapi warnanya menyatu sempurna dengan kulit saat dipakai. Jika difoto ada white cast karena semua sunscreen memang merefleksikan cahaya. Muka jadinya agak pucat deh, tapi white cast bisa dikurangi dengan bedak (asalkan bedaknya nggak mengandung sunscreen juga)
Ada white cast, wajarlah.. namanya juga sunscreen
  • Aroma : samar-samar wangi obat, tapi saya nggak terganggu
  • Kemasan : banyak yang mengeluh kemasan Parasol formal banget kayak salep, nggak cantik sama sekali. Kalo saya suka kemasannya soalnya kecil & praktis dibawa-bawa. Saat sudah mau habis bisa digulung tubenya, hehe.. Bener-bener ekonomis

 
Kayak salep
Kalo udah tinggal sedikit bisa digulung & dihabisin isinya *jiwa pengiritan*
  • Ingredients : purified water, sorbitol, cetyl alcohol, octyl methoxycinnamate, titanium dioxide, benzophenone-3, iron oxide red Cl : 77491, iron oxide yellow Cl : 77492, potassium sorbate, sodium lauryl sulfate, tocopheryl acetate
Dilihat dari ingredients 
  • Meskipun tidak dituliskan berapa SPF-nya, sunblock ini cukup memadai untuk melindungi kulit. Octyl methoxycinnamate adalah anti UV B dan sebagian UV A. Benzophenone adalah anti UV A dan B skala luas. Titanium dioxide juga sebagai anti UV A dan B yang bersifat fisik, artinya dia memantulkan cahaya (itulah mengapa skincare, foundation, dan bedak yang mengandung titanium dioxide selalu menimbulkan white cast).
  • Mengandung sodium lauryl sulfate (SLS) sebagai pengental. Sifatnya irritant, makanya mata saya selalu perih jika sunblock ini saya pake dekat mata. Perihnya lumayan bikin mata merah & berkaca-kaca selama 5 menit, setelah itu normal lagi. Mata saya memang sensitif dengan SLS (biasanya ada di sabun & facial foam).
  • Mengandung vitamin E (tocopheryl acetate) & cetyl alcohol yang melembabkan kulit. Ada sorbitol yang sifatnya humectant (melembabkan kulit tapi tidak menyebabkan greasy)
  • Di brosurnya tertulis "tidak mengandung vaselin, mineral oil, dan alcohol" jadi aman untuk kulit oily & acne prone. Nah, katanya free alcohol, tapi kok ada cetyl alcohol? Eits, jangan salah kaprah, cetyl alcohol bukanlah alkohol yang menyebabkan kulit kering, dia berasal dari lilin (wax) hewan (dari organ di kepala lumba-lumba atau paus) yang bersifat sebagai emollient (pelembab), lihat penjelasannya di blog saya yang ini
  • Bebas dari PABA, saya jadi tenang. PABA alias para aminobenzoic acid dikenal sebagai anti UV B yang nggak ramah di kulit. Banyak kasus alergi akibat PABA, gejalanya yaitu gatal atau perih, kemerahan, ruam & perih di sekitar folikel rambut, kulit menjadi kering, muncul noda merah gelap, juga jerawat. Ada yang bilang PABA menyebabkan kanker, itu tidak benar - belum ada bukti ilmiahnya. PABA memiliki sejumlah nama lain & turunan, yaitu 4-amino benzoic acid, Ethyl Dihydroxypropyl Aminobenzoate, Glyceryl Paraaminobenzoate, Octyl Dimethyl PABA, Padimate O, Bacterial Vitamin H1, Vitamin B10, Vitamin Bx, Vitamin H1, Vitamin B10.
Nggak ada SPF berarti nggak bagus dong? Teman-teman, SPF yang tinggi bukanlah jaminan sunblock yang kalian pakai itu bagus sehingga nggak perlu reapply lagi. Saya sudah jabarkan di post yang ini bahwa SPF rendah dan tinggi itu punya kinerja yang nggak beda jauh. SPF 15 memblokir 93% sinar UV B sedangkan SPF 45 memblokir 98% UV B. Semakin tinggi SPF, semakin banyak kandungan bahan kimia dalam suatu sunblock. Ini menjadi alasan mengapa saya lebih memilih Parasol ungu ini daripada Parasol SPF 33 yang pernah saya review disini. Bisa dilihat sendiri, kandungan bahan kimia Parasol oranye lebih banyak macamnya, rasanya juga lebih berat di kulit & lebih lama meresapnya, lebih greasy juga. 


Ada rumus menghitung kinerja sunblock dengan SPF. Dulu jumlah SPF menjadi patokan berapa lama sunblock mampu melindungi kulit dari sinar UV B yang menyebabkan sunburn. Misalkan daya tahan kulit orang Indonesia adalah 10 menit sebelum mengalami sunburn, kinerja SPF 50 adalah = 50 x 10 = 500 menit. 
Jaman sekarang rumus itu sudah nggak relevan mengingat tingginya tingkat pemanasan global. Panas matahari jam 8 aja udah terasa menyengat. Apalagi siang bolong jam 12, wah kulit rasanya perih seperti ditampar jika terpapar sinar matahari. 

Hampir semua website tentang sunscreen & sunblock yang saya baca mengatakan, oleskan kembali sunblock / sunscreen Anda tiap 1 - 2 jam dan setelah berenang, berkeringat, atau mengelap kulit dengan handuk (tidak peduli berapapun SPF yang terkandung dalam sunblock / sunscreen Anda). Pesan serupa juga tertulis di brosurnya Parasol. 

Sekalian aja beli sunblock SPF 1000 kalo ada, hehehe..

Jadi untuk apa saya beli sunblock yang SPF nya tinggi? Selain mahal & nggak efisien, kasihan kulit kebebanan banyak bahan kimia. Tapi ya itu tergantung pilihan masing-masing orang sih. Ada yang merasa lebih tenang jika pake yang SPF nya tinggi, kebetulan kulitnya juga tahan, jadi ya boleh-boleh aja..

Oke, kesimpulan dari si Parasol ungu

(+) nggak berat di kulit, cepat meresap
(+) kandungan bahan kimianya nggak terlalu banyak (dibandingkan Parasol oranye), dan yang pasti bebas PABA
(+) dapat menjadi alas bedak & melembabkan kulit
(+) harga terjangkau & gampang diperoleh di apotik mana aja
(+) kemasan ekonomis (soalnya bisa digulung & dihabiskan isinya sampai benar-benar habis, hehe..)

(-) bikin perih mata yang sensitif terhadap SLS
(-) lumayan greasy awalnya, tapi setelah meresap kesan greasy nya hilang (nggak tau deh kalo buat kulit oily, soalnya kulit saya kering)
Rate : 9/10
Repurchase? ya, selalu!

Oya, kalo menyimpan sunblock itu harus dalam suhu 15 - 30 derajat Celsius, jauhkan dari sinar & panas karena bisa mengurangi efektivitas sunblock. Sunblock nggak bisa berfungsi lagi jika saat disimpan terpapar sinar matahari atau panas karena komponen-komponennya sudah bereaksi.

Sekian post hari ini, daah...

9 komentar:

  1. Makasih yaaa, ngebantu banget review nya, aku pake parasol ini, tapi baru sedikit udah keracun review product lain dan jadi pengen ganti, tapi setelah baca review ini aku jadi kuat2in sampe abis deh. pengen nyari yang gak bikin berminyak, soalnya yang ini bikin aku wajah tetep berminyak bangett, jadi blum pas dihati.. heee

    BalasHapus
  2. kk beli parasol dimana? klw diapotik. apotikny yg kimia farma y kk? soalny susah nyariny

    BalasHapus
  3. Saya pemilik blog Random Wonderland (randomandquick.blogspot.com) yang artikelnya anda copas.

    Apa anda tidak tahu pelaku plagiasi bisa dituntut?

    BalasHapus
  4. Iihh baru mau protes, ini kan copas dari blognya Mbak Lintang

    BalasHapus
  5. Kak pakai parasol bisa sekalian tacap mec.up ga

    BalasHapus
  6. Kak pakai parasol bisa sekalian tacap mec.up ga

    BalasHapus
  7. Hallo, saya pakai parasol ungu juga. Tetapi saya juga ada day cream pencerah wajah. Itu sebaiknya pakai yang mna dulu ya? ^^

    BalasHapus
  8. Ikut nambahin riview hehe,, berbagi itu indah😍,, Udah 3 tahun aq pake ini di rekomendasiin ma dokternya, emng bener enak banget, ringan di muka. Pas awal di pake emng keliatan agak kusem trus oily gtu, tapi pas udh ngeresep kusemnya berubah jadi cerah❤ luvv banget sma si ungu. Pernah nyobain sunscreennya EMINA abis tu beruntusan😭 padahal baru pake beberapa hari. Akhirnya gak lagi2 coba2 produk aneh2..

    BalasHapus